MAKALAH AAI
Long Life Education in Islam
Oleh
:
Anastasia Putri Arini (H 0511009)
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
I.
PENDAHULUAN
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea bahwa
belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal.
Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang
berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Bedasarkan idea tersebut konsep
belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan
(continuing learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan
ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka
yang sudah berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini,
mereka tidak akan terasing dan generasi muda, mereka tidak akan pikun secara
dini, dan tetap dapat memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya.
Belajar erat kaitannya dengan psikologi. Dalam hal ini, Made
Pidarta mengemukakan “psikologi atau jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa
manusia”. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam mengendalikan jasmani. Karena
itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia yang
berada dan melekat dalam diri manusia itu sendiri.
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani,
sejak dari masa bayi, kanak-kanak dan seterusnya sampai dewasa dan masa tua.
Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya. Dengan melalui tahap-tahap
tertentu dan akhimya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan
maupun dari segi jasmani.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani tersebut, manusia perlu
belajar. Masa belajar itu bertingkat-tingkat, sejalan dengan fase-fase
perkembangannya, sejak masa kanak-kanak sampai masa tua. Dan sini dapat
dipahami bahwa belajar merupakan kebutuhan sebagai bekal untuk menempuh
kehidupan disepanjang hayatnya.
Melalui pembahasan ini dimaksudkan untuk lebih memahami
hakekat belajar dan bagaimana memberikan motivasi bahwa belajar itu sebenarnya
berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan sejak dari buaian sampai
liang lahat.
II. PEMBAHASAN
A. Belajar dan fase-fase perkembangan
Belajar merupakan aktivitas anak (manusia) yang sangat vital.
Dibandingkan dengan mahkuk lain, di dunia ini tidak ada mahluk hidup yang
sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi manusia
Sebahlknya tidak ada mahkuk lain di dunia ini yang setelah dewasa mampu
menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan
dari orang dewasa, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia
jika ia tidak diajar/ di didik oleh manusia lain, meskipun bayi yang baru
dilahirkan itu membawa beberapa naluri/ instink dan potensi-potensi yang diperlukan
untuk kelangsungan hidupnya. Namun potensi-potensi bawaan tak dapat berkembang
dengan baik tanpa adanya pengaruh dan luar. Usia bukan hanya mahiuk biologis
seperti halnya hewan, tetapi juga mahiuk social budaya. Karena itu manusia
membutuhkan kepandaian yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, dan semua ini
hanya dapat dicapai melalui belajar. Jelas bahwa belajar sangat penting bagi
kehidupan seorang manusia. Disamping itu dapat dipahami bahwa anak (manusia)
membutuhkan waktu yang lama untuk belajar, sejak dari masa kanak-kanak sampai
masa tua sepanjang kehidupannya. Karena itu manusia selalu dan senantiasa
belajar kapanpun dan dimanapun.
Adapun belajar itu sendiri dapat didefinisikan antara lain:
1. Hilgard mengatakan :Learning is the proses by which an activity originates as changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment). Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam Iingkungan alamiah).
1. Hilgard mengatakan :Learning is the proses by which an activity originates as changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment). Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam Iingkungan alamiah).
2.
Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
3. James P. Chaplin, learning (hal belajar, pengetahuan), yang berarti perolehan dari sembarang perubahan yang relative permanent dalam tingkah laku sebagai hasil praktek atualisai pengalaman.
3. James P. Chaplin, learning (hal belajar, pengetahuan), yang berarti perolehan dari sembarang perubahan yang relative permanent dalam tingkah laku sebagai hasil praktek atualisai pengalaman.
Dari
beberapa pengertian belajar tersebut, Sumadi Suryabrata menyimpulkan:
a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam anti behavioral changed, aktual maupun potensial.
a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam anti behavioral changed, aktual maupun potensial.
b)
Bahwa perubahan itu ada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Dikatakan
belajar apabila membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan
itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri.
Pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. Karena itu
seorang yang belajar ia tidak sama lagi dengan saat sebelumnya, karena ia lebih
sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan
keadaan. Ia tidak hanya bertambah pengetahuannya, akan tetapi dapat pula
menerapkanya secara fungsional dalam situasi hidupnya.
Dalam hubungan dengan usaha pendidikan, maka belajar adalah
key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu
proses, belajar selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu
pendidikan dan psikologis belajar.
Sejalan
dengan fase-fase perkembangan pada manusia sejak dari masa kanak-kanak sampai
masa tua, dikemukakan oleh Havinghurst yang dikutip oleh Made Pidarta, yaitu:
1.Fase
perkembangan masa kanak-kanak
2.Fase
perkembangan masa anak
3.Fase
perkembangan masa remaja
4.Fase
perkembangan masa dewasa awal
5.Fase
perkembangan masa setengah baya
6.
Fase perkembangan masa tua
Untuk memenuhi tugas-tugas pada setiap fase tersebut, dicapai
melalui belajar. Berangkat dari fenomena ini muncullah konsep belajar untuk
memberikan layanan-layanan dan prioritas bagi mereka yang tidak lagi belajar
pada pendidikan diri dan turut berpartisipasi di dalam aktivitas kehidupan di
lingkungan masyarakat.
B. Konsep Belajar Sepanjang Hayat
1. Pengertian Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selain berarti
rancangan, konsep juga bermakna ide atau pengertian yang di abtraksikan dari peristiwa-peristiwa
konkrit atau gambaran mental dan obyek proses ataupun yang ada di luar bahasa
yang digunakan oleh akal budi memahami hal-hal lain.
Kata
konsep dari bahasa inggris (concept), yang berarti bagan, rencana, gagasan,
pandangan, cita-cita (yang telah ada dalam fikiran).
Sedangkan
menurut Ibrahim Madkur, kata konsep (Inggnis concept) dipadankan dengan istilah
makna kulli (Arab), yang artinya pikiran (gagasan) yang bersifat umum, yang
dapat menenima generalisasi). Sedangkan dengan makna-makna tersebut, maka
konsep yang dimaksudkan dalam pengertian ini, ialah sejumlah gagasan, ide-ide,
pemikiran, pandangan ataupun teori-teori yang dalam konteks ini dimaksudkan
ialah ide-ide, gagasan, pemikiran tentang belajar sepanjang hayat.
2. Belajar Sepanjang Hayat
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar
terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai
akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Oleh karena
setiap fase perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui dengan
belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu
dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari
fase-fase perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada
keharusan untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat dan memberi
kemudahan kepada para perancang pendidikan pada setiap jenjang pendidikan
untuk:
1.
Menentukan arah pendidikan.
2.
Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan
tugas perkembangannya.
3.
Menyiapkan materi pembelajaran yang tepat.
4.
Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.
Dalam hubungannya dengan belajar sepanjang hayat, akan
dikemukakan tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal, masa setengah baya dan
orang tua, untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dalam rangka belajar
sepanjang hayat.
Tugas
perkembangan tersebut adalah:
a.
Tugas perkembangan masa dewasa awal: Memilih pasangan hidup, bertanggung jawab
sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta
menarik.
b.
Tugas perkembangan masa setengah baya: Bertanggung jawab social dan menjadi
warga Negara yang baik, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan
tertentu, menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan pertambahan umur.
c.
Tugas perkembangan orang tua: Menyesuaikan din dengan menurunnya kekuatan
fisik, kesehatan dan pendapatan. Menyesuaikan diri dengan keadaan sebagai
janda, duda, memenuhi kewajiban sosial sebagai seorang warga Negara yang baik
dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
Tugas-tugas perkembangan itu nampaknya disiapkan untuk
belajar sepanjang hayat, yang dapat dilihat dari adanya tugas perkembangan
untuk orang dewasa, setengah baya dan untuk masa tua. Tugas perkembangan ini
juga amat berguna bagi pendidikan luar sekolah, di rumah dalam kehidupan rumah
tangga maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat, seperti
kursus-kursus, perkumpulan sodial, agama, persatuan para lanjut usia dan
sebagainya.
Dengan
demikian tugas perkembangan yang harus ditempuh melalui belajar, tidak hanya
dimulai dan masa kanak-kanak, tetapi berlanjut sampai masa dewasa dan masa tua.
Jelas bahwa belajar berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan sepanjang
kehidupan seseorang.
Dalam perspektif islam, belajar sepanjang hayat ini
sebenarnya telah dicanangkan oleh Nabi SAW ratusan tahun yang silam, dengan
sabdanya,
“Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke liang lahat (al-hadits)”.
Selain itu dipahami bahwa belajar itu sepanjang hayat, dijelaskan pula bahwa belajar adalah suatu kewajiban, sebagaimana sabda beliau:
“Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas setiap orang muslim (H.R.Abdi’I Barr)”.
“Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke liang lahat (al-hadits)”.
Selain itu dipahami bahwa belajar itu sepanjang hayat, dijelaskan pula bahwa belajar adalah suatu kewajiban, sebagaimana sabda beliau:
“Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas setiap orang muslim (H.R.Abdi’I Barr)”.
Dengan memperhatikan kedua hadits tersebut, dapat dipahami bahwa
aktivitas belajar sepanjang hayat memang telah menjadi bagian dan kehidupan
kaum muslimin. Sedangkan secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru
dipublikasikan di sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun
Pendidikan Internasional (International Education Year). Karena pada tahun itu
dilontarkan berbagai isu pembaharuan dalam falsafah dan konsep tentang
pendidikan. Latar belakang munculnya gagasan ini ialah rasa kurang puas
terhadap pelaksanaan belajar melalui sistem sekolah, yang dikatakan memperlebar
jurang antara yang kaya dan yang miskin. Secara eksplisit gagasan ini
dilontarkan oleh Paul Lengrand dalam bukunya yang berjudul An Introduction to
life Long Education.
Pengembangan pemikiran Lengran tersebut merubah anggapan bahwa
belajar atau pendidikan itu tidak hanya berlangsung di dunia pendidikan
sekolah, sedangkan di luar dunia sekolah sebenarnya secara individual, mereka
terus belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dan dengan cara yang
disenanginya.
Muncul dan berkembangnya konsep belajar sepanjang hayat
tersebut menunjukkan bahwa pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama
manusia itu sadar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar sepanjang
hayat sebagai asas baru, kesadaran dan harapan baru, membawa implikasi kepada
pentingya aktivitas individual mandiri guna senantiasa memburu pengetahuan,
pengalaman-pengalaman baru kapanpun dan dimanapun. Dari gagasan-gagasan baik
melahui pendekatan keagamaan, maupun yang bersifat umum, dapat dipahami bahwa
hakekatnya belajar itu tiada hentinya, terutama bagi orang dewasa dan orang tua
agar mereka dapat mengikuti perkembangan zaman serta penemuan-penemuan baru di
bidang pengetahuan dan teknologi.
Pertanyaan ialah bagaimana memberikan kesadaran kepada mereka
tentang pentingnya belajar sepanjang hayat ini. Untuk memecahkan persoalan ini,
antara lain Arden N Frandsen seperti dikutip oleh Sumadi Suryabrata,
mengemukakan tentang hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah:
1. Adanya sifat ingin tahu menyelidiki dunia yang lebih luas
1. Adanya sifat ingin tahu menyelidiki dunia yang lebih luas
2.
Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju
3.
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru.
Sedangkan Abraham Maslow, sarjana dan ketua American
Psychological Assosiation, mengemukakan teori tentang kebutuhan yang mendorong
seseorang untuk belajar, yaitu:
a.
Pshical needs
b.
Safety needs
c.
Love needs
d.
Esteem needs
e.
Self actualization need
Teori kebutuhan Maslow tersebut meliputi kebutuhan:
Fisik, rasa aman, cinta, harga diri dan aktualisasi diri. Berdasarkan teori ini, belajar sepanjang hayat khususnya bagi orang dewasa dan orang tua akan menjadi efektif dalam arti menghasilkan perubahan tingkah laku (perilaku), apabila isi dan cara belajarnya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan.
Fisik, rasa aman, cinta, harga diri dan aktualisasi diri. Berdasarkan teori ini, belajar sepanjang hayat khususnya bagi orang dewasa dan orang tua akan menjadi efektif dalam arti menghasilkan perubahan tingkah laku (perilaku), apabila isi dan cara belajarnya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan.
Hal
penting yang perlu diperhatikan ialah bagaimana menyadarkan orang bahwa ia
membutuhkan sesuatu seperti digambarkan oleh Maslow dari kebutuhan terendah
(fisik) sampai aktualisasi diri.
Kesadaran
akan kebutuhan di atas diharapkan bisa mendorong seseorang untuk belajar.
Dorongan atau motivasi menurut J.P Chaplin bermakna alasan yang diasadari, yang
dibenikan individu bagi satu tingkah laku.
Dari dimensi psikologis, belajar sepanjang hayat, terutama
bagi orang dewasa dan orang tua dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu.
Karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1.
Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri.
Maka orang dewasa perlu dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih
mutakhir, ketrampilan baru dan sikap yang lain.
2. Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dan melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
3. Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual. Setiap orang punya cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan memecahkan masalah. Dengan kesempatan mengamati cara-cara yang dipakai orang lain, Ia dapat memperbaiki dan menyempumakan caranya sendiri, agar menjadi lebih efektif.
2. Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dan melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
3. Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual. Setiap orang punya cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan memecahkan masalah. Dengan kesempatan mengamati cara-cara yang dipakai orang lain, Ia dapat memperbaiki dan menyempumakan caranya sendiri, agar menjadi lebih efektif.
Memperhatikan
situasi belajar bagi orang dewasa tersebut, maka salah satu teori belajar
klasik, yaitu teori psikologi belajar naturalistic atau aktualisasi diri, teori
ini berpangkal dari psikologi naturalistic romantic yang dipelopori Rousseau.
Menurut teori ini belajar itu sebaiknya dilakukan secara wajar di alam bebas,
bisa diterapkan pada pendidikan luar sekolah, terutama untuk belajar seumur
hidup.
3. Implementasi Konsep
Bertolak dari dimensi psikologis di atas, implementasi konsep
belajar sepanjang hayat ini bisanya tidak membutuhkan orang lain sebagai
pembimbing khusus. Mereka mencari sendiri bahan-bahan pelajaran yang mereka
butuhkan, mempelajari sendiri, dan mencoba menempatkannya. Jadi bagi mereka
dapat belajar di mana saja dan dengan cara apa saja di lingkungan kediaman
mereka. Pada hakekatnya mereka mengaktualisasi din sendiri sejalan dengan teori
belajar naturalis. Namun demikian belajar sepanjang hayat dapat juga
dilaksanakan secara kelompok dalam bentuk kursus-kursus, kelompok sosial dan
kelompok keagamaan.
Dari segi tujuan, belajar sepanjang hayat ini pada mulanya
bersifat individual, yakni untuk memperkaya kehidupan rohani atau intelektual
seseorang. Pada taraf perkembangan selanjutnya belajar sepanjang hayat ini
mulai mengembangkan tujuan-tujan yang bersifat sosial. Mulai disadari bahwa
kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat ini tidak hanya menguntungkan
perorangan-perorangan saja, melainkan juga bermanfaat bagi masyarakat secara
keseluruhan. Apabila mayoritas anggota suatu masyarakat selalu melibatkan diri
dalam kesibukan belajar setelah mereka memasuki berbagai lingkungan pekerjaan,
maka pada umumnya masyarakat semacam ini akan menjadi lebih dinamis, lebih
mudah menenima gagasan-gagasan pembaruan, dan lebih mudah pula memahami
interpendensi dan interaksi yang ada antara dirinya dengan
masyarakat-masyarakat lain. Suatu masyarakat dengan kegiatan belajar sepanjang
hayat yang intensif akan lebih mudah membangun dirinya pada masyarakat yang
tidak mengembangkan kebiasaan untuk belajar secara terus menerus.
Di masyarakat pada umumnya kelompok yang amat membutuhkan
layanan belajar sepanjang hayat adalah remaja yang putus sekolah dan orang
dewasa atau orang tua yang ingin meningkatkan kehidupanya. Karena itu di tinjau
dan aspek signifakasi dan relevansi konsep belajar sepanjang hayat dalam
hubungannya dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang ada
dalam masyarakat.
Maka konsep ini merupakan wahana yang tepat dan tangguh untuk
memacu kehidupan masyarakat, kalau dengan salah satu cara dapat diusahakan :
a. Bahwa sebagian besar remaja dan orang dewasa dan orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar mendapatkan pelayanan belajar yang memadai dan relevan dengan kebutuhan mereka sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
a. Bahwa sebagian besar remaja dan orang dewasa dan orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar mendapatkan pelayanan belajar yang memadai dan relevan dengan kebutuhan mereka sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
b.
Bahwa program-program belajar seperti ini benar-benar dikembangkan dan
dilaksanakan
c. Bahwa masyarakat remaja, orang dewasa serta orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar terangsang untuk mengikuti program-program belajar sepanjang hayat ini.
c. Bahwa masyarakat remaja, orang dewasa serta orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar terangsang untuk mengikuti program-program belajar sepanjang hayat ini.
Belajar
sepanjang hayat akan berrnanfaat apabila mendapatkan respon positif dari
individu atau warga masyarakat yang memiliki kemauan dan kegemaran untuk
belajar secara terus menerus, sesuai dengan kebutuhan kebutuhan masing-masing
individu warga belajamya. Dengan demikian konsep belajar sepanjang hayat
memiliki signifikasi di dalam masyarakat.
III. KESIMPULAN
1.
Konsep belajar sepanjang hayat adalah suatu idea atau gagasan yang manyatakan
bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung secara
terus-menerus sepanjang kehidupan, hal ini sesuai dengan tinjauan psikologis
yang menjelaskan bahwa pada setiap fase perkembangan, setiap individu perlu
belajar agar dapat melaksanakan tugas-tugas pada setiap fase perkembangan
tersebut.
2.
Konsep belajar sepanjang hayat berusaha untuk memberikan motivasi kepada mereka
yang telah selesai mengikuti pendidikan sekolah, agar tetap belajar dalam
rangka meningkatkan kualitas kehidupannya dengan memanfaatkan teori kebutuhan
dan psikologi belajar
3.
Konsep belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi serta relevansi terhadap
kualitas kehidupan individu warga belajarnya. Karena itu konsep belajar
sepanjang hayat bila dihubungkan dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan, maka konsep ini merupakan wahana yang tepat untuk memacu usaha
memajukan kehidupan umat.
No comments:
Post a Comment